lebih baik mana?

“Pernah sakit gigi? Lebih sakit mana sama sakit hati?”

Saya masih heran, kenapa sakit gigi selalu dibanding-bandingkan dengan sakit hati? Mereka mungkin tidak tahu, kalo sakit gigi sering minder karena dibilang lebih sakit dari sakit hati. Iya, hampir semua pasien saya yang sempat saya rawat selalu mengeluh, “Aduh saya lebih memilih sakit hati daripada sakit gigi pak dokter…” dan sayapun sebagai barisan pria pria yang pernah sakit hati langsung menolak tegas ungkapan tersebut. TEGAS!

Ya, setidaknya kami sebagai dokter gigi masih bisa memberikan obatnya ketika mereka sakit gigi, nah kalo sakit hati?? “Oke, tenang, jangan emosi…” :))

Bahkan ada yang dengan sombongnya menjawab “Maaf dok, saya belum pernah sakit hati….” *ambil jarum suntik, terus tusuk di dada sendiri* jleb jleb jleb.

Sampai saat ini jika sakit gigi, kita tinggal mencari darimana sumber sakit tersebut, tidak selalu berasal dari gigi, dari gusi yang sakit dan bermasalah pun juga bisa menyebabkan rasa sakit. Lalu setelah sumber penyebab sakit diketahui, ada beberapa tindakan yang bisa kita lakukan untuk menanggulangi rasa sakit tersebut. Gigi dirawat, ditembel, atau kemungkinan terburuk, dicabut. Nah sakit hati?

Ya kita tahu darimana sumber penyebab rasa sakit tersebut, tapi penanggulangannya? Orang-orang selalu bilang, “Move on, bro!!” Tapi kita semua pasti pernah merasakan kalau Move on itu sangat susah dilakukan ketika kita sakit hati ditinggal kekasih. Ada yang perlu sehari, seminggu, bahkan yang sampai hitungan bulan dan tahun pun ada. Dan sampai saat ini peneliti masih belum ada yang mempublish teknik paling ampuh untuk move on dari sakit hati selain teori teori yang berbeda reaksinya dimasing-masing orang.

Jadi, masih berpikir untuk mendiskriminasi rasa sakit gigi? segra kunjungi dokter gigi terdekat!

:p

gambar dari sini : link

Tinggalkan komentar